Nama Kodak begitu populer di
telinga masyarakat. Perusahaan yang fokus pada produksi kamera dan film
fotografi ini masih mampu bertahan selama lebih dari 130 tahun sebelum pada
akhirnya di bulan Januari 2012 mengajukan perlindungan pailit akibat persaingan
bisnis kamera digital yang sudah mapan. Sangat mengejutkan jika pemimpin pasar bisa
bangkrut seperti Kodak di era serba digital ini. Pengajuan kepailitannya juga
diduga akibat beban hutang yang tidak sepadan dengan pendapatannya.
Mengapa pemimpin pasar bisa bangkrut
?. Setidaknya ada beberapa alasan mengapa perusahaan sekelas Kodak bisa pailit.
Penyebab kegagalan perusahaan bisa disebabkan karena munculnya keengganan untuk
berubah terhadap setiap perubahan pasar, perkembangan teknologi, dan aktivitas
pesaing. Selain itu, adanya kecenderungan myopia terhadap kompetitor yang
meniru atau mengembangkan produknya. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa alasan
antara lain;
Arogansi perusahaan yang
memandang inovasi pihak lain hanya sebagai aksi the fad yang akan segera pudar;
kecenderungan selalu berada di zona nyaman dan yakin bisa mengimbangi setiap
inovasi dari para peniru dan pesaingnya; memiliki perspektif yang sempit dalam
mendefinisikan pasar hanya berdasarkan produk spesifik saja dan bukan atas
dasar kebutuhan pasar yang lebih luas.
Value brand Kodak masih
tercatat sebagai salah satu dari 100 merek terkenal dunia versi Interbrand
dimana pada tahun 2000 masih mencapai angka 11,822($m), kemudian turun menjadi
10,801($m) di tahun 2001. Pada tahun 2007, brand value Kodak sudah meluncur ke
angka 3,874($m) sehingga pada tahun 2008 Kodak sudah terlempar dari jajaran 100
merek terkenal di dunia. Inilah faktanya pemimpin pasar bisa saja bangkrut/
pailit karena keengganan beradaptasi dalam perubahan pasar dan teknologi, serta
berkecenderungan menikmati zona nyaman.
Hanya dalam kurun waktu 7 tahun value brand Kodak terpuruk hingga di titik
nadir.
Meski, di tahun 2013 Kodak
mengajukan keluar dari status perlindungan pailit namun wajah perusahaan ini
sudah berbeda dalam arti tidak lagi berbisnis kamera dan film namun fokus pada
bisnis digital imaging dan penjualan alat printing. Melalui revitalisasi
tersebut perusahaan ini kembali menemukan keyakinannya yang baru untuk kembali
berdiri sebagai perusahaan yang pantas untuk tetap diperhitungkan. Semoga…