Indonesia sebagai salah satu negara muslim terbesar memiliki sebaran masjid
yang cukup banyak di seluruh penjuru nusantara tercinta. Masjid sebagai tempat
beribadah merupakan sesuatu yang istimewa bagi kaum muslim ditanah air. Banyak
diantaranya yang tergerak untuk membangun masjid dengan arsitektur dan ornamen
yang indah. Namun, pernahkah Anda mendengar ada masjid yang pembangunannya
bersumber dari hasil penjualan tempe?. Dikota Suwar-suwir inilah sebuah masjid
dibangun melalui kerja keras dengan melakukan penjualan tempe sebagai sumber
utama pembiayaan pembangunan fisiknya. Tempe ini dijuluki sebagai tempe amal.
Ya, tempe amal merupakan tempe kedelai yang dijual kepada publik dengan
tujuan untuk membiayai pembangunan fisik masjid. Pengurus dan pengelola usaha
tersebut memang dari awal ingin memberikan contoh suatu upaya sinergi antara
kegiatan sosial dengan aktivitas bisnis sebagai satu kesatuan yang menjadi
milik bersama. Di awal kegiatannya memang usaha tersebut tidak langsung
mendapat respon yang baik dari warga. Namun, seiring dengan berjalannya waktu
yang dibarengi dengan transparansi pengelolaan usaha baik kepada anggota maupun
publik akhirnya usaha tersebut mulai meraih simpati besar dari publik. Berawal dari
5 kg kedelai hingga mampu memproduksi tempe dengan kapasitas produksi 1 ton per
hari. Dengan harga jual kala itu Rp. 1.000 per biji telah mampu menyumbangkan
50 % dari hasil penjualan untuk pembangunan fisik masjid.
Tempe amal tersebut pada awalnya hanya dijual pada warga sekitar dan
seiring dengan bertambahnya simpati masyarakat maka area penjualan telah
melebar sampai di 4 kabupaten kala itu. Penjualan tersebut telah melibatkan
ratusan warga sekitar tempat produksi untuk berperan aktif sebagai tenaga
penjual. Hasil yang mereka peroleh juga cukup untuk membiayai hidup
sehari-hari. Bahkan, pengurus dan pengelola kala itu juga turut memperhatikan
aspek kesehatan dan kesejahteraan para anggota penjualnya. Tak ketinggalan pula
setiap Jumat merupakan momentum untuk memberikan siraman rohani kepada para
anggotanya dalam menjalankan sholat Jumat secara berjama’ah. Sementara itu
untuk laporan hasil produksi dan penjualan dipaparkan oleh pengurus dan
pengelola setiap minggunya pada hari kamis.
Dengan pilihan produk yang sederhana dan disertai dengan manajemen yang
sederhana tetapi dengan berlandaskan semangat dan visi yang besar untuk
kesuksesan pembangunan fisik masjid maka dalam kurun waktu 5 tahun pembangunan
fisik masjid tersebut telah rampung dan bisa digunakan sebagai tempat ibadah
yang layak dan nyaman. Semoga langkah seperti para pengurus tempe amal tersebut
bisa menginspirasi semua orang untuk berkreasi dalam menyelesaikan suatu
persoalan yang memberikan multi manfaat baik sosial maupun ekonomi.