Kata para pakar marketing dan entrepreneurship bahwa bisnis apapun
membutuhkan sebuah terobosan untuk paling tidak membuat pelanggan tidak bosan
bahkan bisa menambah pelanggan baru. Ya, terobosan itu bisa mengarah pada
solusi hemat dalam proses produksinya. Bicara solusi hemat dalam bisnis, konon
di salah satu sudut kota pelajar ada sebuah warung tenda yang dikelola oleh
sepasang suami-istri yang sudah berumur. Tentu saja warung ini menjajakan
makanan dan minuman yang dicari oleh semua orang. Tapi di warung ini
menyuguhkan suatu bentuk bentuk bisnis kuliner yang cukup unik.
Uniknya dimana? Ternyata warung ini hanya menyediakan bahan-bahan makanan
dan minuman yang masih diproses lagi. Contohnya, kalo mau makan ayam lalapan ya
harus menggoreng sendiri ayamnya dan membuat sambal sendiri. Tentu saja soal
cita rasa bisa berbeda-beda antara satu pembeli dengan pembeli lainnya. Namun,
warung ini justru diminati kaum pelajar di kota tersebut. Sesuatu yang tidak
masuk akal pada awalnya namun nyatanya bisnis kuliner tersebut laris manis. Dalam
alam marketing tentu saja sang owner sudah menerapkan solusi hemat dalam
pelayanan sebagai bagian dari proses produksi sekaligus menciptakan pembeda
terhadap warung lainnya.
Contohnya lainnya, tentu sering kita lihat bahkan mungkin sering kita
kunjungi restoran-restoran fastfood alias siap saji. Di restoran semacam itu
pembeli hanya dihadapkan pada daftar menu dan harga selanjutnya tinggal memilih
menu makanan dan minuman apa saja yang dibutuhkan dan langsung bayar di kasir.
Kalau dulu, setiap kita masuk restoran akan datang pelayan yang menyodorkan
daftar menu dan mengantarkan makanan yang kita pesan. Tetapi sekarang pembeli
yang disuruh-suruh melihat,memilih, dan membawa sendiri makanannya.
Praktek dari solusi hemat dalam bisnis juga terjadi di bisnis penerbangan.
Kalau dulu, pelanggan harus rela antri untuk membeli tiket pesawat. Tetapi sekarang,
pembeli tidak perlu antri. Berkat teknologi informasi, pembeli dapat memesan
tiket secara online. Tinggal mengatur jadwal dan mencetak tiket sendiri. Begitu
pula apa yang dipelopori oleh raja furnitur dunia sekelas IKEA. Perusahaan ini
tidak perlu membuat barang furnitur yang siap pakai namun memilih memproduksi
komponen-komponen furnitur saja serta mencetak brosur panduan merakit furnitur.
Sehingga pembeli-lah yang diminta untuk merakit sendiri furniturnya.
Dan masih banyak contoh praktek bisnis yang menerapkan solusi hemat tersebut.
Komponen hemat ini bisa menjadi variabel penentu dan pembeda dalam kompetisi
bisnis saat ini. Dan dunia bisnis harus menciptakan terobosan baru agar tidak
mengalami kejenuhan terlebih di alam budaya pop seperti sekarang ini.