Bicara mempromosikan bisnis kuliner
memang selalu gurih rasanya semanis hasilnya jika dikelola dengan sepenuh hati.
Membuka bisnis kuliner bukan hanya bicara menu dan harga serta mutu olahannya,
namun mempromosikannya juga menjadi topik yang selalu renyah untuk dibahas
setiap waktu.
Tidak semua pemilik bisnis pengisi
perut ini memiliki cara atau taktik
mempromosikan bisnis kuliner miliknya. Sebagian beranggapan memiliki lokasi
usaha di dekat jalan raya atau dekat pusat keramaian sudah cukup untuk
mendulang kantong pelanggan katanya. Anggapan tersebut tidaklah salah karena
kemudahan akses pelanggan terhadap lokasi bisnisnya juga turut mempengaruhi
minat orang untuk mencicipi lezatnya makanan yang sudah terbayang di benak
pikiran. Faktanya, ada juga warung sederhana yang hanya berjualan kopi saja
justru ramainya luar biasa seolah tak pernah ada sepinya. Namun, sekarang ini
banyak orang yang beranggapan bahwa bisnis yang masih menjanjikan dalam arti
prospek profitnya masih terbuka lebar menganga adalah bisnis kuliner. Entah penilaian
tersebut didasarkan atas hasil survey dan penelitian atau hanya ikut-ikutan
belaka, buktinya bisnis mamiri ini masih terus berdatangan berduyun-duyun
meskipun ada yang sunrise dan banyak pula yang sunset alias gugur dalam debu.
Ditengah-tengah ribuan macam usaha
kuliner di setiap sudut kota dan desa, upaya untuk mempromosikan bisnis kuliner
dengan berbagai cara dan media masih sangat dibutuhkan dengan tujuan sederhana
saja yaitu agar bisnis kita mudah dilihat dan mudah diingat (rasanya, harganya
dan pelayanannya) oleh konsumen sehingga mudah mendapatkan hasilnya. Bagi pemula
dalam membuka bisnis kuliner patut dicoba beberapa taktik promosi berikut ini
yang bisa mendatangkan pengunjung yang cukup lumayan.
a.
Lemming effect
Taktik ini sudah lazim bagi pemasar kreatif yang akan
memperkenalkan bisnis barunya kepada kalayak ramai. Cara ini sederhana saja,
pemilik depot mengusahakan mengajak sebanyak mungkin teman atau kolega untuk
mendatangi lokasi depotnya. Entah itu hanya sekedar minum saja atau hanya
kongkow-kongkow saja. Yang penting kelihatan ramai. Taktik ini hanya memancing
rasa penasaran orang yang lewat dengan harapan mau datang dan tentu saja mau
makan serta mau bayar. Biasanya orang bersedia datang dan membelanjakan uangnya
terhadap bisnis yang sudah kelihatan jalan. Kalau setiap hari kelihatan sepi
orang akan bertanya-tanya jangan-jangan masakannya kurang enak-lah atau
harganya yang tidak pas kantong, dan kemungkinan seribu pertanyaan lainnya yang
melayang-layang di benak pikiran calon konsumen.
b.
Memanfaatkan Media
Dalam mempromosikan bisnis kuliner, sah-sah saja kita
memanfaatkan berbagai media promosi yang ada. Entah itu melalui media sosial,
banner/baliho, spanduk, brosur, radio, koran, dan televisi. Bahkan saat ini
sudah ada layanan sms broadcast yang mampu menyebarkan sms secara massal. Memang
kelihatannya bersifat spamming namun tidak ada salahnya untuk memanfaatkan jasa
tersebut untuk sekedar memberitahukan kepada kalayak ramai tentang bisnis
kuliner yang baru kita launching. Selain itu, munculnya layanan lembaga
penyiaran berlangganan atau biasa disebut dengan tv kabel sangat layak untuk
digunakan sebagai media promosi. Biasanya media ini memiliki puluhan ribu
pelanggan yang bisa menjadi potensi pelanggan loyal jika kita mau
memanfaatkannya secara kontinu. Karena bentuk iklan yang bersifat audio visual
biasanya lebih mampu memberikan efek psikologis untuk mendorong minat dan
tindakan konsumen sesuai harapan kita. Tentu saja jika menggunakan iklan
berbentuk audio visual seperti televisi harus mematangkan konsep atau
skenarionya agar pengambilan gambar dan pesan yang akan disampaikan sesuai
dengan karakter audiens yang akan dituju.
Dalam memanfaatkan media tersebut
yang terpenting adalah efektifitasnya serta budget yang kita miliki. Jangan sampai
boros membelanjakan iklan tapi hasil yang diharapkan jauh dari rencana bisnis
semula. Karena itu dalam mempromosikan bisnis kuliner pilih media yang paling
efektif dan sesuai kantong belanja kita. Jangan sampai kita seporadis
menggunakan semua media tapi kenyataannya iklan kita mengalami duplikasi
audiens yang cukup besar sehingga mubazir di budget.