Jumat, 09 Mei 2014

Mempromosikan Bisnis Kuliner



Bicara mempromosikan bisnis kuliner memang selalu gurih rasanya semanis hasilnya jika dikelola dengan sepenuh hati. Membuka bisnis kuliner bukan hanya bicara menu dan harga serta mutu olahannya, namun mempromosikannya juga menjadi topik yang selalu renyah untuk dibahas setiap waktu.
Tidak semua pemilik bisnis pengisi perut ini  memiliki cara atau taktik mempromosikan bisnis kuliner miliknya. Sebagian beranggapan memiliki lokasi usaha di dekat jalan raya atau dekat pusat keramaian sudah cukup untuk mendulang kantong pelanggan katanya. Anggapan tersebut tidaklah salah karena kemudahan akses pelanggan terhadap lokasi bisnisnya juga turut mempengaruhi minat orang untuk mencicipi lezatnya makanan yang sudah terbayang di benak pikiran. Faktanya, ada juga warung sederhana yang hanya berjualan kopi saja justru ramainya luar biasa seolah tak pernah ada sepinya. Namun, sekarang ini banyak orang yang beranggapan bahwa bisnis yang masih menjanjikan dalam arti prospek profitnya masih terbuka lebar menganga adalah bisnis kuliner. Entah penilaian tersebut didasarkan atas hasil survey dan penelitian atau hanya ikut-ikutan belaka, buktinya bisnis mamiri ini masih terus berdatangan berduyun-duyun meskipun ada yang sunrise dan banyak pula yang sunset alias gugur dalam debu.
Ditengah-tengah ribuan macam usaha kuliner di setiap sudut kota dan desa, upaya untuk mempromosikan bisnis kuliner dengan berbagai cara dan media masih sangat dibutuhkan dengan tujuan sederhana saja yaitu agar bisnis kita mudah dilihat dan mudah diingat (rasanya, harganya dan pelayanannya) oleh konsumen sehingga mudah mendapatkan hasilnya. Bagi pemula dalam membuka bisnis kuliner patut dicoba beberapa taktik promosi berikut ini yang bisa mendatangkan pengunjung yang cukup lumayan.
a.    Lemming effect
Taktik ini sudah lazim bagi pemasar kreatif yang akan memperkenalkan bisnis barunya kepada kalayak ramai. Cara ini sederhana saja, pemilik depot mengusahakan mengajak sebanyak mungkin teman atau kolega untuk mendatangi lokasi depotnya. Entah itu hanya sekedar minum saja atau hanya kongkow-kongkow saja. Yang penting kelihatan ramai. Taktik ini hanya memancing rasa penasaran orang yang lewat dengan harapan mau datang dan tentu saja mau makan serta mau bayar. Biasanya orang bersedia datang dan membelanjakan uangnya terhadap bisnis yang sudah kelihatan jalan. Kalau setiap hari kelihatan sepi orang akan bertanya-tanya jangan-jangan masakannya kurang enak-lah atau harganya yang tidak pas kantong, dan kemungkinan seribu pertanyaan lainnya yang melayang-layang di benak pikiran calon konsumen.
b.    Memanfaatkan Media
Dalam mempromosikan bisnis kuliner, sah-sah saja kita memanfaatkan berbagai media promosi yang ada. Entah itu melalui media sosial, banner/baliho, spanduk, brosur, radio, koran, dan televisi. Bahkan saat ini sudah ada layanan sms broadcast yang mampu menyebarkan sms secara massal. Memang kelihatannya bersifat spamming namun tidak ada salahnya untuk memanfaatkan jasa tersebut untuk sekedar memberitahukan kepada kalayak ramai tentang bisnis kuliner yang baru kita launching. Selain itu, munculnya layanan lembaga penyiaran berlangganan atau biasa disebut dengan tv kabel sangat layak untuk digunakan sebagai media promosi. Biasanya media ini memiliki puluhan ribu pelanggan yang bisa menjadi potensi pelanggan loyal jika kita mau memanfaatkannya secara kontinu. Karena bentuk iklan yang bersifat audio visual biasanya lebih mampu memberikan efek psikologis untuk mendorong minat dan tindakan konsumen sesuai harapan kita. Tentu saja jika menggunakan iklan berbentuk audio visual seperti televisi harus mematangkan konsep atau skenarionya agar pengambilan gambar dan pesan yang akan disampaikan sesuai dengan karakter audiens yang akan dituju.

Dalam memanfaatkan media tersebut yang terpenting adalah efektifitasnya serta budget yang kita miliki. Jangan sampai boros membelanjakan iklan tapi hasil yang diharapkan jauh dari rencana bisnis semula. Karena itu dalam mempromosikan bisnis kuliner pilih media yang paling efektif dan sesuai kantong belanja kita. Jangan sampai kita seporadis menggunakan semua media tapi kenyataannya iklan kita mengalami duplikasi audiens yang cukup besar sehingga mubazir di budget.